- Teori
Rekreasi
Teori ini dikembangkan oleh Schaller dan Lazarus,
keduanya ilmuwan bangsa Jerman, yang berpendapat bahwa permainan merupakan
kesibukan untuk menenangkan pikiran atau beristirahat. Orang melakukan
kesibukan bermain bila mereka bekerja ; maksudnya untuk mengganti kesibukan bekerja
dengan kegiatan lain yang dapat memulihkan tenaga kembali. Maka disebut juga teori
pemulihan tenaga.Atau disebut juga teori Istirahat.
2.
Teori Penglepasan
Teori ini berasal dari Herbert Spencer, ahli pikir
bangsa Inggris. Ia mengatakan bahwa dalam diri anak terdapat kelebihan tenaga.
Sewajarnya ia harus mempergunakan tenaga itu melalui kegiatan bermain.
Kelebihan tenaga itu harus dipergunakan, paling tidak harus dilepaskan dalam
kegiatan bermain-main. Dengan demikian dapat mencapai keseimbangan dalam
dirinya.Teori ini disebut juga sebagai teori kelebihan tenaga (Krachtoverschot-theorie).
3.
Teori Atavistis
Teori ini berasal dari Stanley Hall, ahli psikologi
bangasa Amerika, yang berpendapat bahwa di dalam perkembangannya, anak melalui
seluruh taraf kehidupan umat manusia. Sebelumnya Hackel merumuskan
pendapat ini berupa hukum biogenetis. Anak-anak selalu mengulangi apa
yang pernah dikerjakan atau diperbuat nenek moyangnya sejak dari masa dahulu
sampai kepada keadaan yang sekarang. Karena alasan itulah maka teori ini
dinamai atavistis. Dalam bahasa latin, atavus artinya nenek
moyang. Jadi atavistis artinya kembali kepada sifat-sifat nenek moyang
di masa lalu. Dalam permainan timbul bentuk-bentuk kelakuan seperti bentuk
kehidupan yang pernah dialami oleh nenek moyang.
Hall yang banyak mendengarkan teorinya kepada Rousseau
dan Darwin, memandang permainan berdasarkan teori rekapitulasi, yaitu
sebagai ulangan (rekapitulasi) bentuk-bentuk aktivitas yang dalam perkembangan
jenis manusia pernah memegang peranan yang dominan.
Menurut teori rekapitulasi perkembangan individu
(ontogenesa) adalah ulangan perkembangan jenis manusia (filogenesa). Menurut
Hall permainan merupakan sisa-sisa periode perkembangan manusia waktu dulu
tetapi yang sekarang perlu sebagai stadium transisi dalam perkembangan
individu.Teori rekapitulasi berhasil memberi penjelasan lebih rinci mengenai
tahapan kegiatan bermain yang mempunyai urutan yang sama seperti evolusi mahluk
hidup.
4.
Teori Biologis
Teori ini berasal dari Karl Gross, seorang bangsa
Jerman. Selanjutnya Dr. Maria Montessori, pendidik kenamaan bangsa Italia
(1870-1952), mengembangkan teori biologis ini. Permainan merupakan tugas
biologis (hidup atau hayat). Dengan pedoman pendapat itu, permainan di kalangan
anak-anak mempunyai persamaan dengan permainan dalam dunia binatang. Permainan
merupakan latihan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan kehidupan,
juga dianggap sebagai latihan jiwa dan raga untuk kehidupan dimasa yang akan
datang.
Dasar teori Groos adalah prinsip seleksi alamiah yang
dikemukakan oleh Charles Darwin. Binatang dapat mempertahankan hidupnya karena
dia mempunyai keterampilan yang diperoleh melalui bermain. Bayi yang baru lahir
juga binatang mewarisi sejumlah instink yang tidak sempurna dan instink ini
penting guna mempertahankan hidup. Bermain bermanfaat untuk mahluk yang masih
muda dalam melatih dan menyempurnakan instinknya. Jadi tujuan bermain adalah
sebagai sarana latihan dan mengelaborasi keterampilan yang diperlukan saat
dewasa nanti.
Montessori menyebut permainan ini sebagai latihan
fungsi-fungsi. Fungsi-fungsi dilatih dengan cara berlari-lari, dengan cara
berjingkrakjingkrak, dan sebagainya. Perasaan senang dalam bermain ini dapat
membantu dan mendorong untuk menimbulkan kekuatan-kekuatan yang dibutuhkan.
5.
Teori Psikologi Dalam
Teori ini berasal dari Sigmund Freud dan Adler, kedua
tokoh itu membahas permainan dari sudut pandang psikologi dalam. Menurut Freud,
permainan merupakan pernyataan nafsu-nafsu yang terdapat di daerah bawah sadar,
sumbernya berasal dari dorongan nafsu seksual. Permainan merupakan bentuk dari
pemuasan dari nafsu seksual yang terdapat di komplek terdesak. Sedang menurut
Adler, pernyataan nafsu-nafsu yang terdapat di bawah sadar itu sumbernya
berasal dari dorongan nafsu berkuasa. Permainan merupakan usaha untuk menutup-nutupi
perasaan “harga diri kurang”.
6.
Teori Fenomenologis
Profesor Kohnstamm, seorang sarjana Belanda yang
mengembangkan teori fenomenologi dalam pedagogik teoritisnya menyatakan bahwa,
permainan merupakan suatu fenomena atau gej ala yang nyata, yang mengandung
unsur-unsur permainan (spels feer). Dorongan bermain merupakan dorongan untuk
menghayati suasana bermain itu. Yakni tidak khusus bertujuan untuk mencapai
prestasi-prestasi tertentu, akan tetapi anak bermain untuk permainan itu
sendiri.
Jadi, tujuan permainan adalah permainan itu sendiri.
Dalam suasana permainan itu terdapat:
1) Kebebasan
2) Harapan
3) Kegembiraan
4) Unsur Ikhtiar dan;
5) Siasat untuk
mengatasi hambatan serta perlawanan.
Literatur apa yg bisa dibaca lebih lanjut ttg teori permainan, tks
ReplyDelete