1.Kedudukan
filsafat ilmu pengetahuan dalam sistematika filsafat
Untuk menerangkan kedudukan Filsafat lmu
pengetahuan dalam seluruh konteks sistematika filsafat,ciri-ciri filsafat
secara umum mempunyai ciri khas yang dapat dijelaskan,kalau objek formal
filsafat ditentukan.Maka, dapat dikatakan bahwa objek formal adalah cara
pendekatan pada suatu objek mateial yang sedemikian khas sehingga
mencirikan,atau mengkhususkan bidang kegiatan bersangkutan,entah itu
pengetahuan,agama
ataupun kesenian,dan sebagainya.sedangkan dalam peristilahan yang berasal dari filsafat abad pertengahan barat,pokok bahasan yang tadi dirumuskan itu disebut sebagai objek material filsafat,artinya apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi).Objek material yang sama itu disoroti dari berbagai macam sudut,misalnya oleh fisika,kedokteran,sejarah,agama,sastra,seni rupa,dan lain sebagainya.
ataupun kesenian,dan sebagainya.sedangkan dalam peristilahan yang berasal dari filsafat abad pertengahan barat,pokok bahasan yang tadi dirumuskan itu disebut sebagai objek material filsafat,artinya apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi).Objek material yang sama itu disoroti dari berbagai macam sudut,misalnya oleh fisika,kedokteran,sejarah,agama,sastra,seni rupa,dan lain sebagainya.
Ciri itu sudah sejak masa kuno-antara lain
dalam filsafat yunani dipandang sebagai upaya mendalami dan mencapai sebab-musabab
pertama (the first causes),ataupun
sebab-musabab terakhir (the last causes).atau
bahkan sebab-musabab terdalam dari objek materialnya,yaitu manusia di dunia
yang mengembara menuju akhirat.
Dengan demikian,Fisafat daat diberi batasan
sebagai upaya dimana objek materialnya-yakni,manusia didunia yang mengembara
menuju akhirat-dipelajari menurut sebab-musabab pertama.Begitulah pengertian
filsafat sebagai keseluruhan.Dalam keseluruhan itu tak sulit bagi kita untuk
membedakan bagian yang satu dari bagian lainnya,namun begitu tak berarti
pembedaan tersebut merupakan suatu pemisahan.Bidang-bidang utama itu dapat
ditunjuk dengan tiga kata yang sudah termuat dalam rumusan tentang objek
material diatas,yaitu: manusia,dunia,akhirat.
Pada gilirannya,gejala pengetahuan itu dapat
dilihat sebagai objek material filsafat pengetahuan,yang masih dapat dibagi
lagi lebih lanjut menjadi filsafat pengetahuan secara umum yang mempelajari
pokok-pokok bahasan umum seperti tadi disebut –filsafat ilmu pengetahuan yang
mempelajari gejalai lmu-ilmu pengetahuan sebagai salah satu bidang pengetahuan
khas menurut sebab-musabab terkhir.Untuk sementara waktu,kiranya cukup kalau
kita ingat bahwa ”ilmu pengetahuan”dimengerti
sebagai pengetahuan yang diatur secara sistematis dan langkah-langkah
pencapaiannya dipertanggungjawabkan secara teoretis.Dan ilmu pengetahuan
terbagi lagi menjadi ilmu-ilmu alam,pasti,dan kemanusiaan,demikiakn pun
filsafat ilmu pengetahuan terbedakan menurut bidang ilmu pengetahuan yang
disorotinya,sambil menyoroti juga hubungan ilmu-ilmu itu satu sama lain.
2.Pemahaman tentang Pengetahuan dan Ilmu
Pengetahuan
a.Pendekatan Fenomenologis pada Gejala Pengetahuan
”Segala manusia ingin mengetahui”,demikianlah kalimat pembukaan karya
Aristoteles,yang berjudul Metaphysica.tepatnya
ungkaan itu dapat kita saksikan baik dalam diri manusia secara
perorangan,semenjak kecil hingga usia lanju,maupun dalam sejarah perkembangan
bangsa manusia semenjak zaman purbakala hingga dewasa ini.Dan secara perorangan
maupun bersama,berlangsung dalam bentuk dasar berbeda yang sulit ditentukan
mana kiranya yang paling ”asli”atau paling berharga dan paling manusiawi.Bentuk
yang satu ialaha mengetahui demi mengetahui saja dan untuk menikmati
pengetahuan itu demi memuaskan hati manusia.sedang bentuk lainnya ialah
pengetahuan untuk digunakan dan diterapkan,misalnya untuk melindungi dan
membela diri,memperbaiki tempat tinggal,mempermudah pekerjaannya,dan lain-lain.
Apabila gejala pengetahuan dalam kedua bentuk
dasariahnya itu kita dekati secara fenomenologis,kiranya menjadi jelas bahwa
mustahillah dalam gejala itu kita bedakan secara tegas sipengenal dari yang dikenal.Yang
satu (entah dalam bentuk si pengenal,atau dalam bentuk yang dikenal)tidak ernah
ada tanpa yang lain,demikian pula sebaliknya.Kedua-duanya merupakan kesatuan
asasi.
Dalam filsafat manusia kita jumpai pegertian
manusia sebagai kesatuan jiwa raga dalam hubungan timbal balikdenga dunia dan
sesamanya.didalam kesatuan itu ada unsur
jasmani yang membuat manusia sama dengan dunia diluar dirinya,dan ada unsur
lain yang membuat manusia mengatasi dunia disekiar serta dirinya sebagai
jasmani.
Pembicaraan terakhir ini dapat diringkas
sebagai berikut:manusia merupakan suatu
kesatuan jiwa-raga yang sifat jiwanya rohani.Itulah transendensi
pengetahuan manusia dibandingkan dengan pengetahuan bukan manusia.Hasil dari
tinjauan kita tenang gejala pengetahuan manusia secara umum kiranya dapa
diringkas dalam suatu pernyataan padat yang memuat segala unsur yang elah kia
soroti:
Kesatuan asasi anara subjek dan objek
dalam gejala pengetahuan manusia menjadi nampak dalam pengarahan bawaan manusia
untak bertanya dan mencari tentang dirinya didunia serta tentang dunia itu
sendiri.Pertanyaan iu tiada batasnya,dan setiap jawaban dan menimbulkan
pertanyaan lebih menyeluruh lagi.pengetahuan manusia itu terjadi sesuai dengan
susunan kesatuan jiw- raganya yang bersifat rohani.Bentuk pengetahuan yang
konkret mauun abstrak,partikulamaupun universa,menjelma dalam bahasa.Bahasa itu
sendiri menunjukkan bahwa manusia memasyarakat dan menyejarah dalam tradisi
pengetahuan.
b.Pendekatan Fenomenologis pada Gejala Ilmu Pengetahuan
Guna
menerapkan kekhususan ilmu pengetahuann dibandingkan dengan pengetahuan pada
umumnya,kia bertitik pangkal pada gjala”kesadaran akan pengeahuan”yang erdapat
dalam setiap tindakan pengetahuan itu sendiri secara tersirat.apabila unsur
tersirat itu diucapkan menjadi tersurat,maka terjadilah apa yang disebut
refleksi.Berkat refleksi,pengetahuan yang semula langsung dan spontan,memang
kehilangan kelangsungan dan spontanitasnya,teapi serentak pengetahuan itu mulai
cocok untuk diatur secara sistematis sedemikian rupa sehingga isinya dapat
dipertanggungjawabkan.
Dalam
upaya setiap ilmu untuk menyusun beberapa model,Model yang dimaksud sebagai
penghadiran kembali yang padat dan ringkas dari apa yang sudah dikumulkan dalam
pengetahuan umum maupun ilmiah.ada dua model yang pada dasarnya saling
melengkapi,yaitu:
1.Manusia semakin mendekati apa yang merupakan objek pengetahuan ilmiah
ataupun mau menarik objek itu kepadanya.Agar pendekatan sering berhasil,si
ilmuwan membuat suatu model lahir dan nyata.
2.Manusia mau semakin mengerti apa yang merupakan objek
ilmiah,seolah-olah hendak memasuki susunan objek yang sedang dipelajari itu
sedalam-dalamnya.
Kedua macam model itu sebaiknya kita tinjau
lebih lengkap lagi,karena mewakili dua kelompok ilmu atau dua cara
berilmu.Model pertama mewakili kelompok ilmu yang pertama-tama mementingkan
pengamatan dan penelitian,yang disebut empiris(”empirical”dari kata yunani,yang berarti ”meraba-raba”),atau
aposteriori (dari kaa latin ”post”:”sesudah”,karena
segala ungkapan ilmu-ilmu bersangkutan baru terjadi sesudah pengamatan).Model
kedua mewakili kelompok ilmu yang seakan-akan ingin segera menangkap susunan
keniscayaan (structure of necessity).yang
mendasari segala kenyataan secara apriori (dari kata lain prius:”sebelum”,karena ilmu-ilmu ini ingin manentukan apa kiranya yang
mendahului adanya segala kenyataanitu).Kedua macam model ilmu tersebut dapat
diterangkan dengan mengutip pandangan tentang ilmu yang berasal dari yunani purba,yaitu dari Plato dan
Aristoteles.
Peembicaraan kitaa mengenai ilmu pengetahuan
dapat diringkas dlam pernyataan berikut:
Ilmu pengetahuan dicirikan sebagai usaha
untuk mengumpulkan hasil pengetahuan secara teratur da sismatis,berkat adanya
refleksi.Pengungkapan hasil itu ter jadi dalam macam-macam model,yang dapa
digolongkan menjadi dua model dasa, yaitu model aposteriori dan model
apriori.Model apriori sudah dirinis Pluto,sedangkan Aristoteles mengutrakan
suatu model ilmu dimana sebagai hasil pemeriksaanaposteriori diperoleh suatu
”Pengetahuan melalui sebab-musabab”,yang faham apriorinya menjadi ciri khas
ilmu.
3.Filsafat Pengetahuan dan FilsafatIlmu
Pengetahuan
Filsafat pengetahuan maupun filsafat ilmu ilmu pengetahuan merupakan
suatu episteme paling utama sesuai dengan faham Aristoteles.Filsafat
pengetahuan memeriksa sebab-musabab itu dengan bertitik tolak ada gejala pengetahuan
dalam kehidupan sehari-hari.Filsafat ini menggali faham tentang
”kebenaran”,”kepastan”,dan
tahap-tahapnya,”objektivtas”,”abstraksi”,”intuasi”,dan uga mengenai”dariana
asalnya dan kemanakah arah pengetahuannya”.Dengan kata lain,cara kerja atau
metode ilmu engetahuanlah yang menjadi ciriilmu,kalau dibandingkan dengan
pengetahuan sehari-hari.
0 komentar:
Post a Comment